resume jurnal

Arrumnur Ramadhina Sasmita
155120200111041
Teori Public Relatuins A.Kom.4

Resume Jurnal
Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia

RACHMAT KRIYANTONO
Universitas Brawijaya Indonesia
rachmat_kr@ub.ac.id
BERNARD MCKENNA
University of Queensland Business School Australia
b.mckenna@business.uq.edu.au

Tulisan ini berisi review saya terhadap jurnal “Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia” yang ditulis Rachmat Kriyantono dan Bernard McKenna. Tujuan review ini adalah untuk mempermudah dalam membahas inti dari hasil penelitian jurnal yang telah dilakukan oleh penulis yaitu mengembangkan teori public relations yang relevan dengan konteks Indonesia.
Sebagai ilmu komunikasi yang diterapkan, public relations telah didominasi oleh perspektif Barat. Namun, gagasan kebutuhan untuk mempelajari komunikasi dari perspektif Timur (termasuk Indonesia) telah muncul baru-baru ini. Beberapa teori hubungan masyarakat dari perspektif Barat mungkin perlu diterapkan secara berbeda karena perbedaan sistem sosial dan latar belakang filosofis.
Banyak strategi persuassion bahwa praktisi PR melakukan saat ini telah diterapkan selama ribuan tahun (Newsom et al., 1993). Namun, karena perkembangan dalam praktek public relations tidak selalu berkembang bersamaan dengan aspek teoritis (Johansson, 2007; Wehmeier, 2009), tidak adanya teori terapan kontemporer secara langsung mempengaruhi profesionalisasi karena tidak ada kerangka kerja untuk bimbingan praktisi (Cornelissen, 2000). Studi akademis hubungan masyarakat cukup sering lebih berfokus pada kegiatan praktis yang dikenal sebagai PR sebagai praktek atau sebagai alat (Ardianto, 2004; Skerlep, 2001). Menurut Edward Bernays dan Edward Robinson, humas harus baik ilmu perilaku sosial dan diterapkan karena mengintegrasikan elemen teoritis dan praktis.
·         Dominasi Prespektif Barat
Terlepas dari kenyataan bahwa public relations, sebagai studi komunikasi yang diterapkan, telah berkembang pengetahuan ini sudah sangat berat sebelah karena fokus pembangunan teori ini hanya terbatas pada Amerika Serikat, Eropa Barat, dan  beberapa negara lainnya. Selain itu, tidak ada ilmuwan Asia berada di daftar ketika Rogers (1997) menulis sejarah studi komunikasi: semua berasal dari Amerika Serikat dan Eropa. Faktanya bahwa teori-teori komunikasi Barat telah diterapkan secara global sebagai norma universal untuk kegiatan komunikasi selama beberapa dekade), sangat sedikit penggunaan bukti empiris tentang praktek-praktek hubungan masyarakat di daerah lain di dunia. Selain itu, para ilmuwan Barat telah menemukan itu kesulitan dalam memperoleh karya ilmiah Indonesia tentang fenomena komunikasi dalam konteks Indonesia.
Saat ini, dunia Barat masih Epicentrum pusat studi hubungan masyarakat di Indonesia (Kriyantono, 2014; Raharjo, 2013). Peneliti Indonesia sering menggunakan lensa tunggal untuk mempelajari fenomena hubungan masyarakat bahkan dalam konteks Indonesia. Dominasi ini perspektif Barat telah disebabkan oleh lima faktor. Pertama, keterlambatan pendidikan pribumi Indonesia karena penjajahan selama berabad-abad (sekitar 350 tahun) telah memberikan pengaruh kolonisasi yang mendalam. Kedua, sistem politik otoriter di bawah rezim pertama Presiden Soekarno (1945-1966) dan rezim kedua Presiden Soeharto (1966-1998) tertahan kebebasan berbicara. ). Ketiga, sangat sedikit studi publikasi internasional public relations dari perspektif Indonesia. Keempat, karena bahasa Inggris adalah bahasa yang dominan dari penelitian komunikasi. Dan yang terakhir karena banyak sarjana Indonesia telah belajar di negara-negara Barat, seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis atau Jerman mereka telah dilantik menjadi perspektif Barat.
·         Kearifan lokal yang empiris dan pragmatik.
Kearifan lokal yang dikembangkan dari kesadaran komunal yang muncul dari interaksi sosial yang diakumulasi dan mengkristal menjadi doktrin moralitas (kode etik). Doktrin-doktrin ini biasanya disebarkan melalui berbagai saluran komunikasi tradisional. Kearifan lokal telah menjadi tradisi untuk membimbing kehidupan masyarakat karena mereka dibangun dari integrasi nilai-nilai dan budaya masyarakat, sistem kepercayaan teistik, dan aspek geografis. Dalam kehidupan sehari-hari, sebuah kearifan lokal terwujud dalam bentuk budaya lokal, seperti artefak, mitos, sistem kepercayaan, kegiatan sosial atau norma-norma.
Dari ini, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal Indonesia adalah panduan untuk komunikasi dan interaksi dalam masyarakat Indonesia. Karena itu dibangun dari sistem kepercayaan, nilai-nilai budaya dan geografi masyarakat setempat, kearifan lokal adalah empiris dan panduan pragmatis untuk memecahkan masalah. Muncul dari kearifan lokal Indonesia, lima tema menjadi jelas. Mereka pra konsep yang sudah ada yang menjadi kearifan lokal selama berabad-abad, oleh karena itu, mereka harus dipromosikan untuk mengembangkan teori public relations budaya yang relevan untuk Indonesia.
  • Perspektif Indonesia untuk Deklarasi Prinsip (Katakan Kebenaran)
Pandangan Indonesia adalah bahwa mengatakan kebenaran harus sejalan dengan harmoni. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, kepercayaan Indonesia di atunggal loro-loroning atau prinsip monodualism (Purwadi, 2011) menganggap bahwa jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan.
  • Blusukan sebagai, alat dalam fasilitas komunikasi
PR dari suatu organisasi adalah presentasi hidup dari karyawan dalam kegiatan sehari-hari termasuk cara berpakaian, berperilaku dengan integritas dan mengadopsi etos kerja. Dengan demikian fungsi penting humas adalah untuk mempertahankan moralitas yang baik dan sopan santun dalam sebuah organisasi
Sebagai fasilitator komunikasi, penting bahwa PR dianggap sebagai terlibat dalam interaksi sehari-hari antara karyawan untuk berbicara dan mendengar keluhan dan pendapat. Diharapkan kegiatan ini dapat membuka dua arah komunikasi internal yang mampu memberikan informasi tentang interaksi karyawan dengan publik
Dengan melakukan blusukan, public relations mampu menghasilkan tular gethok (komunikasi word of mouth) secara langsung untuk menyebarkan informasi dari manajemen untuk meminimalkan kesalahan persepsi. Secara internal, public relations baik ditempatkan untuk menghentikan rumor yang tidak akurat yang menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut dalam sebuah organisasi. Public relations memonitor lingkungan mengadopsi peran masalah manajemen untuk mengantisipasi krisis dengan menanyakan apa yang terjadi. (Kriyantono & Mckenna, 2017)
Daftar Pustaka
Kriyantono, R., & Mckenna, B. (2017). Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia . Malaysian Journal of Communication.


Komentar